Pengertian sensor
D Sharon, dkk (1982), mengatakan
sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk
mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi
seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi
mekanik dan sebagainya. Contoh;
Camera sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai sensor pendengaran, kulit sebagai
sensor peraba, LDR (light dependent resistance) sebagai sensor cahaya, dan lainnya.
William D.C, (1993), mengatakan
transduser adalah sebuah alat yang bila digerakan
oleh suatu energi di dalam sebuah sistem transmisi, akan menyalurkan energi
tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam bentuk yangberlainan ke system transmisi
berikutnya”. Transmisi energi ini bisa berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi)
atau thermal (panas). Contoh; generator adalah transduser yang merubah energi mekanik
menjadi energy listrik, motor adalah transduser yang
merubah energi listrik menjadi
energi mekanik, dan sebagainya.
William D.C, (1993), mengatakan alat
ukura dalah sesuatu alat yang berfungsi memberikan
batasan nilai atau harga tertentu dari gejala-gejala atau sinyal yang berasal dari
perubahan suatu energi. Contoh: voltmeter, ampermeter untuk sinyal listrik;
tachometer, speedometer untuk kecepatan
gerak mekanik, lux-meter untuk intensitas cahaya, dan sebagainya.
Persyaratan umum sensor dan tranduser
Dalam memilih peralatan sensor dan
transduser yang tepat dan sesuai dengan sistem
yang akan disensor maka perlu diperhatikan persyaratan umum sensor berikut
ini : (D Sharon, dkk, 1982)
a. Linearitas
Ada banyak sensor yang
menghasilkansinyal keluaranyang berubah secara
kontinyu sebagai tanggapan terhadap masukan yang berubah secara kontinyu.
Sebagai contoh, sebuah sensorpanas dapat menghasilkan tegangan sesuai
dengan panas yang dirasakannya. Dalam kasus seperti ini, biasanya dapat
diketahui secara tepat bagaimana perubahan keluaran dibandingkan dengan
masukannya berupa sebuah grafik. Gambar 2.30
memperlihatkan hubungan dari dua buah sensor panas
yangberbeda. Garis lurus pada gambar 2.30(a).
memperlihatkan tanggapan linier, sedangkan pada gambar 1.1(b). adalah
tanggapan non-linier.
Keluaran dari tranduser |
b. Sensitivitas
Sensitivitas akan menunjukan
seberapajauh kepekaan sensor terhadap kuantitas yang diukur. Sensitivitas
sering juga dinyatakan dengan bilangan yang menunjukan “perubahan keluaran
dibandingkan unit perubahan masukan”. Beberepa sensor panas dapat memiliki
kepekaan yang dinyatakan dengan “satu volt per derajat”, yang berarti
perubahan satu derajat pada masukan akan
menghasilkan perubahan satu volt pada keluarannya. Sensor panas lainnya dapat
saja memiliki kepekaan “dua volt per derajat”, yang berarti memiliki kepakaan
dua kali dari sensor yang pertama. Linieritas sensor juga mempengaruhi
sensitivitas dari sensor. Apabila tanggapannya linier, maka sensitivitasnya
juga akan sama untuk jangkauan
pengukuran keseluruhan. Sensor dengan tanggapan paga gambar 1.1(b) akan lebih
peka pada temperatur yang tinggi dari pada temperatur yang rendah.
c. Tanggapan Waktu
Tanggapan waktu pada sensor menunjukan
seberapa cepat tanggapannya terhadap perubahan masukan. Sebagai contoh,
instrumen dengan tanggapan frekuensi yang jelek adalah sebuah termometer
merkuri. Masukannya adalah temperatur dan keluarannya adalah posisi merkuri. Misalkan perubahan temperatur
terjadi sedikit demi sedikit dan kontinyu terhadap waktu, seperti tampak pada
gambar 1.2(a). Frekuensi adalah jumlah siklus dalam satu detik dan diberikan
dalam satuan hertz (Hz). { 1 hertz berarti 1 siklus per detik, 1 kilohertz
berarti 1000 siklus per detik]. Pada frekuensi rendah, yaitu pada saat
temperatur berubah secara lambat, termometer akan mengikuti perubahan tersebut
dengan “setia”. Tetapi apabila perubahan temperatur sangat cepat lihat gambar
1.2(b) maka tidak diharapkan akan melihat perubahan besar pada termometer
merkuri, karena ia bersifat lamban dan hanya akan menunjukan temperatur
rata-rata.
Perubahan oembacaan ssecara kontinyu |
Ada bermacam
cara untuk menyatakan tanggapan frekuensi sebuah sensor. Misalnya “satu
milivolt pada 500 hertz”. Tanggapan frekuensi dapat pula dinyatakan dengan
“decibel(db)”, yaitu untuk membandingkan daya keluaran pada frekuensi tertentu
dengan daya keluaran pada frekuensi referensi.
Yayan I.B,
(1998), mengatakan ketentuan lain yang perlu diperhatikan dalam memilih sensor
yang tepat adalahdengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini:
1.
Ukuran fisik sensor, apakah sesuai dengan tempat sensor
itu dipasang atau tidak secara dimensi.
2.
Akurasi sensor dalam mendeteksi perubahan.
3.
Jangkauan atau rentang penginderaan sensor, harus sesuai
dengan kebutuhan.
4.
Pengaruhnya terhadap media yang sedang diukur. Misal
sensor ultrasonic yang digunakan untuk mengukur level atau ketinggian tentu
tidak cocok digunakan untuk tangki yang digunakan untuk fermentasi karena akan
berpengaruh pada kualitas produk.
5.
Ketahanan sensor terhadap kondisi lingkungan kerja.
6.
Yang terakhir dan tidak kalah penting adalah faktor
biaya.
Jenis sensor dan tranduser
Perkembangan sensor dan transduser sangat cepat
sesuai kemajuan teknologi otomasi, semakin komplek
suatu sistem otomasi dibangun maka semakin banyak
jenis sensor yang digunakan. Robotik adalah sebagai contoh penerapan sistem
otomasi yang kompleks, disini sensor yang
digunakan dapat dikatagorikan menjadi dua jenis sensor yaitu: (D Sharon,
dkk, 1982)
a.
Internal sensor, yaitu sensor yang dipasang di dalam bodi robot/ mesin. Sensor
internal diperlukan untuk mengamati posisi, kecepatan, dan akselerasi berbagai
sambungan mekanik pada robot, dan merupakan bagian dari mekanisme
servo.
b.
External sensor, yaitu sensor yang dipasang diluar mesin.
Sensor eksternal diperlukan
karena dua macam alasan yaitu:
1) Untuk keamanan dan
2) Untuk penuntun.
Yang dimaksud untuk keamanan”
adalah termasuk keamanan robot, yaitu perlindungan
terhadap robot dari kerusakan yang ditimbulkannya sendiri, serta keamanan
untuk peralatan, komponen,dan orang-orang dilingkungan dimana robot
tersebut digunakan.
Sesuai dengan
fungsi sensor sebagai pendeteksi sinyal dan meng-informasikan sinyal tersebut
ke sistem berikutnya, maka peranan dan fungsi sensor akan dilanjutkan oleh
transduser. Karena keterkaitan antara sensor dan transduser begitu erat maka
pemilihan transduser yang tepat dan sesuai juga perlu diperhatikan.
Klasifikasi Sensor
Secara umum
berdasarkan fungsi dan penggunaannya sensor dapatdikelompokan menjadi 3 bagian
yaitu:
a. sensor thermal (panas)
b. sensor mekanis
c. sensor optik (cahaya)
Sensor thermal adalah sensor yang
digunakan untuk mendeteksi gejala perubahan panas/temperature/suhu
pada suatu dimensi benda atau dimensi ruang tertentu. Contohnya;
bimetal, termistor, termokopel, RTD, photo transistor, photo dioda, photo multiplier,
photovoltaik, infrared pyrometer, hygrometer,dsb.
Sensor mekanis adalah sensor yang
mendeteksi perubahan gerak mekanis, seperti perpindahan
atau pergeseran atau posisi, gerak lurus dan melingkar, tekanan, aliran, level
dsb. Contoh; strain gage, linear variable deferential
transformer (LVDT), proximity, potensiometer,
load cell, bourdon tube, dsb.
Sensor optic atau cahaya adalah
sensoryang mendeteksi perubahan cahaya dari sumber
cahaya, pantulan cahaya ataupun bias
cahaya yang mengernai benda atau ruangan. Contoh;
photo cell, photo transistor, photo diode, photo voltaic, photo multiplier,pyrometer
optic,dsb.
Klasifikasi Transduser
Self-generating transducer
Self generating transduseradalah transduser yang
hanya memerlukan satu sumber
energi. Contoh: piezo electric, termocouple,
photovoltatic, termistor, dsb. Ciri
transduser ini adalah dihasilkannya suatu energi listrik dari transduser secara
langsung. Dalam hal ini transduser berperan sebagai sumber tegangan.
External power transducer
External power transduser adalah transduser yang
memerlukan sejumlah energi dari luar untuk menghasilkan
suatu keluaran. Contoh: RTD (resistance thermal
detector), Starin gauge, LVDT (linier variable
differential transformer), Potensiometer, NTC, dsb)
0 komentar:
Posting Komentar